JawabanCiri-Ciri Cecak dan Habitatnya Tema 2 Halaman 48 Kelas 6. Amongguru.com. Presiden Republik Indonesia telah menandatangani Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2022 tentang Pendidikan dan Layanan Psikologi. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2022 tentang Pendidikan dan Layanan Psikologi diterbitkan berdasarkan beberapa pertimbangan ViewTUGAS MAKALAH KELOMPOK 3 LANDASAN PSIKOLOGI-LANDASAN ILMIAH ILMU PSY PENDIDIKAN at State University of Medan. Makalah LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN Disusun untuk memenuhi. Study Resources. Main Menu; by School; by Literature Title; by Subject; Textbook Solutions Expert Tutors Earn. A Landasan sosiologis dalam pendidikan jasmani B. Landasan etimologis dalam pendidikan jasmani C. Landasan psikologis pendidikan jasmani D. Landasan biologis bagi pendidikan jasmani 4. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani 2 Pendidikan Keprofesian Psikologi Klinis. Setelah menyelesaikan S1 Psikologi, kamu masih harus melanjutkan pendidikan di Magister Psikologi Profesi dengan bidang Psikologi Klinis sebagai pilihannya. Cabang dari psikologi ini sendiri mendalami tentang penilaian dan perawatan penyakit jiwa, perilaku abnormal hingga masalah psikis tanpa memiliki Tentangmotivasi dalam psikologi, pertanyaan tentang motivasi karyawan,. Source: id.scribd.com. Pada tahun 1879 psikologi diakui sebagai ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan yang di. Hikmah mendirikan shalat dengan tata cara yang diketahui. Source: id.scribd.com. Pengertian jenis faktor yang mempengaruhi dan contoh terlengkap. MAKALAHPENGANTAR PENDIDIKAN dan LANDASAN PENDIDIKAN TUGAS KELOMPOK. MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN. LANDASAN PENDIDIKAN. Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas. Mata Kuliah Pengantar Pendidikan. Dosen Pembimbing : Dalammakalah ini penulis akan memaparkan tentang landasan pengembangan metodologi Pendidikan Agama Islam dari segi Psikologis, Sosiologis dan Pedagogis. B. Rumusan Masalah. Berdasarkam latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Pengertian Landasan Pengembangan Pendidikan Agama Islam. Dilansirdari Ensiklopedia, berikut ini beberapa landasan pendidikan yang harus dimiliki guru, kecuali landasan yuridis. [irp] Pembahasan dan Penjelasan. Menurut saya jawaban A. landasan filosofis adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali. ViewRPS 2016. Landasan LANDASAN P 12345 at Indonesia University of Education. RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Nama Matakuliah Landasan Pendidikan Dibuat oleh: Dr,Pupun PengertianLandasan Pendidikan. Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, artinya landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan.Titik tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat material ataupun konseptual. Sehingga dapat diartikan landasan pendidikan adalah sesuatu yang bersifat konseptual berkenaan dengan asumsi umum Sehubungandengan pentingnya mengetahui tentang landasan psikologi dalam pendidikan maka diperlukan pembahasan tentang hal tersebut. Pemahaman terhadap peserta didik. Utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan 1M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta : Pedoman Ilmu Raya, 2010), mengenai apa yang diyakini), 2) respon afektif menjawab pertanyaan apa yang diketahui, dipahami Landasandan Asas Pendidikan 1. Dasar Filosofis Pendidikan 2. Dasar Psikologis Pendidikan 3. Dasar Sosiologis Pendidikan 4. Dasar Kultural Pendidikan 5. Dasar Ilmiah dan Teknologi 6. Dasar konstitusional Pendidikan 7. Asas Pendidikan Seumur Hidup 8. Asas Tutuwuri hadayanai 9. Asas Kemandirian Dalam Belajar Bahan Kuliah DDP 2010/2011 * Berdasarkanpendekatan sosiologi, pendidikan dipandang identik dengan sosialisasi yaitu suatu proses membantu generasi muda agar mampu menjadi anggota masyarakat yang diharapkan. Hal ini sebagaimana didefinisikan oleh Emile Durkheim (Jeane H. Ballantine,1985) bahwa: “Education is the influence exercised by adult generations on those that are not yet ready for Dilingkungan pendidikan (Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi) yang menjadi sasaran layanan bimbingan dan konseling adalah peserta didik (siswa atau mahasiswa). Makalah ini memberikan informasi mengenai landasan psikologis. Senang mengajukan pertanyaan yang baik. 24. Memiliki kesadaran etik-moral dan estetik yang tinggi. 2.6.3 1vwQ. ABSTRAK Adapun latar belakang dari penelitian ini yaitu adanya temuan peneliti di SMP 1 Beteleme bahwa banyak siswa yang belum mampu menulis dengan baik dan benar, sehingga mengindikasikan bahwa pembelajaran keterampilan menulis kurang berhasil. Pada umumnya, siswa di sekolah tersebut kurang terampil dalam hal menulis narasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang berdampak pada kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu media pembelajaran yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Salah satu media yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme adalah dengan menggunakan media Foto Keluarga. Dengan media Foto Keluarga, siswa dapat lebih mudah dalam mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, sehingga menjadi sebuah tulisan yang berbentuk narasi. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan media Foto Keluarga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme?. Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme melalui media Foto Keluarga. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas PTK. Penelitian ini dilaksanakan di SMP 1 Beteleme. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dengan jumlah siswa sebanyak 22 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, tes hasil belajar, dan jurnal refleksi diri. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penggunaan media Foto Keluarga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme. Hal ini terbukti dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa yang terus mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Pada prasiklus, dari 22 siswa didapati nilai rata-rata 64,86, jumlah siswa yang tuntas 2 orang 9,09 % yang belum tuntas 20 siswa atau 90,90 %. Selanjutnya, hasil belajar pada siklus I mengalami peningkatan yakni diperoleh nilai rata-rata 75,86, siswa yang tuntas naik menjadi 12 Siswa atau 54,54 %. Pada siklus I, nilai rata-rata 92,22 dan siswa yang tuntas meningkat menjadi 22 siswa atau dalam artian bahwa 100 % memperoleh nilai dengan tuntas. ABSTRACT The background of this study is the finding of researchers at SMP 1 Beteleme that many students who have not been able to write well and correctly, thus indicating that less successful learning writing skills. In general, students in these schools are less skilled in terms of narrative writing in learning Indonesian impacting on the lack of involvement of the student in learning to write. Therefore, it is necessary to apply an effective learning media and can support learning activities. One medium that can be used to improve writing narratives on subjects Indonesian students of class VII SMP 1 Beteleme is to use the media family photos. Family Photos with media, students can more easily express what he had in mind, so that it becomes a literary narrative. The main problem in this study is whether the use of family photos media can improve student learning outcomes in narrative writing on Indonesian subjects in class VII SMP 1 Beteleme ?. The purpose of this research is to improve the skills of writing narrative in class VII SMP 1 Beteleme through the medium of family photos. The study design used is a Class Action Research PTK. This study was conducted in SMP 1 Beteleme. Subjects in this study were students of class VII with the number of students as many as 22 students. The instrument used in this study was the observation sheets, test results of learning and self-reflection journal. The type of data in this study is qualitative data and quantitative data. Based on the research that has been conducted, use of family photos media can improve student learning outcomes in learning to write narratives on subjects Indonesian students of class VII SMP 1 Beteleme. This is evident from the results of learning obtained by students who continue to increase in each cycle. At prasiklus, of 22 students found the average value of the number of students who completed 2 who have not completed 20 students or Furthermore, the study in the first cycle has increased the average values obtained students who completed rose to 12 students or In the first cycle, the average value of and students who pass increased to 22 students or in the sense that the 100% gain value completely. Kali ini saya akan menjawab beberapa pertanyaan yang sering muncul dalam diskusi-diskusi mengenai psikologi pendidikan, yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran guru dilapangan. Bukannya mau menggurui, kebetulan pertanyaan ini di ampu oleh dosen saya ibu DR Unifah Rosyidi thanks bu berkat ibu saya lebih merasa “lebih”. Bagaimana seharusnya peran guru dalam mengawinkan menjembatani pendekatan pedagogic tradisional yang progresif bersifat student center dengan pendekatan pedagogic transformasional bersifat cultural base dalam proses pembelajaran yang menjadikan siswa bermakna bagi dirinya dan juga bagi lingkungannya. jawab Kita tahu bahwa teori pendidikan selalu berkembang dari waktu ke waktu. Setiap periode tertentu muncul gagasan baru mengenai konsep pendidikan. Gagasan-gagasan itu bisa saling mendukung tetapi juga ada yang saling bertentangan. Dalam perjalanannya, para ahli mengkotakkan berbagai teori pendidikan itu ke dalam dua kelompok besar, yaitu pedagogik tradisional dan pedagogik modern. Namun pada dasarnya semua teori tentang pendidikan bertujuan sama, yaitu ingin menciptakan pendidikan yang lebih meningkat, lebih bermutu, dan lebih memartabatkan dua pendagogik ini pedagogic tradisional yang progresif dan pendekatan pedagogic transformasional disebut pedagogic Transformatif. Pedagogik transformatif muncul untuk menjawab pertanyaan masyarakat mengenai banyaknya asumsi tentang pendidikan. Di kalangan masyarakat menggema pertanyaan tentang pelaksanaan pendidikan anak-anak mereka, yaitu belajar yang baik itu di sekolah yang mana, guru yang baik itu guru yang bagaimana, memperlakukan anak di rumah itu harus bagaimana, dan seterusnya. Sebaliknya kalangan guru atau pendidik juga memendam beberapa pertanyaan yang tak kalah sulit menjawabnya, yaitu mengajar yang baik itu bagaimana, apakah saya merupakan guru yang baik, bagaimana memperlakukan anak yang tepat di sekolah, dan seterusnya. Menurut Tilaar 2002 310 pedagogik transformatif dilandasi oleh beberapa keyakinan berikut Pendidikan merupakan usaha memanusiakan manusia. Peserta didik tidak terisolasi dari lingkungan sosialnya. Peserta didik adalah manusia sosial yang berinteraksi dengan manusia lain dan kebudayaan di sekitarnya. Peserta didik adalah subjek belajar yang memiliki karakteristik, gaya belajar, dan minat terhadap berbagai hal yang apabila digali potensinya dapat dimanfaatkan bagi keluhuran martabatnya sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat. Sebagai bagian dari masyarakat, peserta didik berhak mewujudkan kemampuannya untuk meraih martabat yang luhur dan berhak ikut berpartisipasi sebagai penggerak budaya atau perubahan bagi masyarakatnya. Menurut saya sikap guru dalam melihat pedagogik tansformatif ini adalah Guru harus bersikap adaptif terhadap tantangan zaman Ini disebabkan karena zaman akan selalu berubah, zaman seorang guru dulunya adalah sangat berbeda dengan zaman siswanya kini, maka seorang guru harus dapat mudah beradaptasi akan lingkungan dan perekembangan yang baru. Pada kasus belakangan ini internet ternyata banyak menjadi sorotan kenakalan siswa, maka guru juga harus “update” dengan teknologi ini. Bergesernya kasus tawuran pelajar dengan kenakalan dunia maya harus menjadi catatan penting bahwa zaman itu memang “bergerak”. Mengubah gaya mengajar Karena perubahan zaman maka cara mengajar pun harus dilihat sebagai alternative dalam mendidik siswa. Hasil-hasil penelitian tentang neosaintik, multiple intelligence dll membawa perubahan baru dalam pendekatan siswa, termasuk penggunaan bahan ajar yang harus membuat guru makin “kreatif”. Pendekan yang humanistic dan perkembangan teknologi baru adalah syarat wajib seorang guru untuk melakukan revolusi dalam gaya mengajar. Bermitra dengan siswa Memang terdengar sangat romantic, tapi inilah bentuk baru dalam interaksi guru dan siswa, dengan membangun relasi yang positif terhadap siswa maka bukan berarti siswa tidak hormat terhadap guru, justru jika dilakukan dengan benar maka akan menjadi sebuah kesinergisan dalam proses belajar mengajar. Ini sangat tepat dalam menjembatani sikap tradisional Indonesia bahwa sikap hormat menghormati antara guru dan siswa menjadi pakem di negeri kita , tapi pakem ini bukan berarti sikap gila hormat seorang guru terhadap siswa. Ber”partner” dengan siswa membuka gerakan baru dalam belajar bahwa mengajar harus dalam posisi “seimbang” guru harus menjadi “pembantu” siswa dalam mengajar. Dalam psikologi pendidikan, kita mengenal aliran behavioristik, humasistik, dan kognitif. bagaimana menjadikan guru yang kompeten dan efektif profesional, kaitannya dengan ketiga pendekatan tersebut. Jawab Di sinilah arti penting psikologi pendidikan bagi guru. Kemampuan memahami tingkah laku belajar anak didiknya akan memberi penjelasan bahwa anak sedang dalam keadaan belajar dengan baik atau tidak. Pemahaman ini akan dapat mengukur kemampuan belajar dan kemampuan menerima materi pelajaran bagi para siswanya. Dengan banyaknya aliran dalam pendidikan seharusnya guru mampu mengolah semua kekurangan dan kelebihan di beberapa aliran tersebut. Guru juga tidak boleh terlalu fanatik dalam sebuah aliran atau terlalu antipasti dalam menyikapi aliran pendidikan. Karena pada intinya guru adalah seorang ”Komposer” yang mampu meramu okestra pendidikan yang lebih baik dengan menggabungkan semua fenomena alian tersebut sehingga tercipta alunan “music” yang baik atau dalam kasus ini penanganan murid yang baik. Karena pada intinya perbedaan murid yang “kompleks” tidak hanya bisa diselesaikan dalam pandangan aliran tertentu saja. Kadang ada saja murid yang cocok dengan aliran tertentu. Inilah yang membuat guru seharusnya “kaya” akan segala metode pendidikan. Disinilah juga pentingnya guru harus memahami psikologi pendidikan. Saya sepakat dengan apa yang dikatakan Sudrajat di dalam tulisannya, ia menuliskan beberapa manfaat psikologi pendidikan bagi seorang guru yaitu Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling. Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya. Menilai hasil pembelajaran yang adil. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian “Dengan ketujuh tips dan manfaat tersebut kemungkinan besar masalah-masalah dalam pembelajaran dapat diminimalisir lalu juga berbagai pendekatan aliran pendidikan dapat dipadukan secara efektif dan elegan, sehingga terciptalah pendidikan manusia yang paripurna tanpa harus fanatik dalam satu aliran tertentu.” diambil dari beberapa sumber…semoga berguna kawan BAB II PEMBAHASAN PSIKOLOGI SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN Psikologis dalam dunia ilmu pendidikan, yaitu minat dan kemandirian. Minat sangat berkaitan dengan masalah bahan ajar, alat ajar, situasi, kondisi, serta guru. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan, Landasan psikologis penggunaan media pembelajaran ialah alasan atau rasional mengapa media pembelajaran dipergunakan ditinjau dari kondisi pembelajaran dan bagaimana proses belajar itu terjadiMengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan,dan sebagainya. Psikologi pendidikan sebagai Ilmu yang mempelajari tentang bagaimana seorang itu dalam proses pembelajaran, memiliki sumbangsih yang sangat banyak terhadap berbagai prilaku peserta didik dalam belajar, desain ini terlebih lagi mengarah kepada teknologi yang dirancang juga memperhatikan berbagai metode pengajaran dari berbagai gaya belajar peserta didik. Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau kegiatan berinteraksi antara pendidik,anak didik dan lingkungan. Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut psikologis. Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara efektif. Bahkan Wens Tanlain, mengemukakan bahwa semakin umum tujuan pendidikan, maka semakin bersifat filosofis dan sosiologis. Sebaliknya semakin dekat dan semakin spesifik tujuan pendidikan,maka semakin bersifat analisa psikologis. Di dalam praktek pendidikan, anak didik belajar dengan bimbingan. Kegiatan-kegiatan belajar tertentu yang dilakukan oleh anak didik untuk mencapai tujuan tertentu juga dengan bimbingan, tuntunan pendidik. Dengan demikian, anak didik dan pendidik mengetahui hasil kegiatan-kegiatannya konteks di atas, tujuan pendidikan yang bersifat umum filosofis sosiologis perlu dinyatakan secara jelas spesifik. Dengan analisis psikologis tentang tingkah laku manusia dan isi tingkah laku itu, pendidik dapat menetapkan dan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan. Jadi tujuan-tujuan pendidikan yang dinyatakan berdasarkan analisis peikologis memberi tuntunan bagi pendidik dan anak didik tentang apa yang hendak dicapai, kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, dan tentang kemajuan yang dicapai oleh anak didik. KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Dalam kehidupan manusia ada dua proses perubahan yang berlangsung secara kontinu, yaitu “pertumbuhan” dan “perkembangan”. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan secara pilah berdiri sendiri,akan tetapi dapat dibedakan untuk memperjelas penggunaan kedua istilah tersebut. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik. Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertambahnya ukuran-ukuran kuantitatif badan anak, seperti panjang, berat dan kekuatannya, tentang sistem jaringan syaraf dan perubahan-perubahan struktur jasmanai lainnya. Dengan demikian pertumbuhan dapat difahami sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik. Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ itu sendiri. Jadi penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik. Perkembangan merupakan proses perubahan sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan. .PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN ANAK Secara garis besar perkembangan itu memiliki prinsip-prinsip antara lain Perkembangan itu mengikuti pola-pola tertentu dan berlangsung secara teratur dan terus-menerus sepanjang hayat.. Dalam hal ini perkembangan mulai dari kepala ke kaki, dan dari pusat ke bagian-bagian. Pertumbuhan dan perkembangan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi berlangsung berangsur-angsur secara teratur dan terus menerus. Suatu tingkat perkembangan dipengaruhi oleh sifat perkembangan sebelumnya. Terlambatnya suatu tingkat perkembangan, akan menghambat pula perkembangan pada tingkat berikutnya. Sebaliknya sukses dalam suatu tingkat perkembangan, akan sukses pula pada perkembangan berikutnya. Perkembangan itu antara anak satu berbeda dengan anak yang lain, baik dalam perkembangan masing-masing organ/aspek kejiwaannnya maupun cepat atau lambatnya perkembangan tersebut. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor bawaan, lingkungan dan kematangan Untuk aspek tertentu perkembangan wanita lebih cepat daripada pria individu yang normal mengalami semua fase perkembangan Aliran-aliran perkembangan individu Secara garis besar perkembangan menurut aliran asosiasi,gelstalt dan sosiologis Konsepsi aliran asosiasi Menurut aliran ini, perkembangan adalah proses ahli yang mengikuti aliran ini yang primer adalah ada lebih dahulu sedangkan keseluruhan ada lebih ini terikat satu sama lain menjadi keseluruhan oleh bagaimana terbentuknya pengertian lonceng. Konsepsi aliran gestalt dan neo gestalt menurut aliran gestalt perkembangan adalah proses menurut aliran neo gestalt yang dirintis oleh kurt lewin yaitu proses diferensiasi itu masih ditambah proses stratifikasi. Konsepsi aliran sosiologi perkembangan adalah proses mula-mula bersifat asosiasi kemudian dalam perkembangannya sedikit demi sedikit disosialisasikan. EFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia,karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini. Adapun aliran-aliran yang dimaksud adalah sebagai berikut . Aliran Empirisme Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke. Aliran Nativisme Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak. c. Aliran Naturalisme Aliran ini dipelopori oleh Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu. d. Aliran Konvergensi Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.

pertanyaan tentang landasan psikologi pendidikan