IMPLEMENTASIPERATURAN PEMERINTAH MENGENAI PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT GUNA MENINGKATKAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI CABANG KABUPATEN TABANAN*1 Oleh: I Dewa Made Wisnu Adi Kesawa Purwa ** I Made Udiana *** Program Kekhususan Hukum Perdata Universitas Udayana Abstract kebijakanpenyerahan pengelolaan irigasi (ppi) seperti tertuang dalam inpres nomor 3/1999 yang dalam uu ri nomor 7/2004 dikenal sebagai pengelolaan irigasi partisipatif (pip), merupakan upaya pemerintah untuk memberikan peran yang lebih besar kepada masyarakat petani termasuk subak dalam pengelolaan irigasi, sebagai akibat semakin terbatasnya Kegiatanbelajar mengajar yang bermuatan lokal harus mencakup baik isi maupun media penyampaiannya. Misalnya, pada daerah tertentu dianggap perlu melestarikan pakaian tradisional daerah sedangkan dalam kurikulum terdapat pokok bahasan mengenai kebutuhan pakaian. Untuk maksud tersebut dalam mengajarkan subpokok bahasan kebutuhan pakaian, selain fungsi dan jenis pakaian secara nasional, guru Singaraja Buleleng (ANTARA) - Yayasan Puri Kauhan Ubud di Bali sedang menggencarkan gerakan bersama dalam rangka konservasi air di Pulau Dewata, yang diimplementasikan dalam sebuah program berkelanjutan Sastra Saraswati Sewana Kedua (SSS II) dengan tajuk Toya Uriping Buwana, Usadhaning Sangaskara, yang berarti air sumber kehidupan penyembuh 6 Kerja sama merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Semangat kerja sama dalam kehidupan dimasyarakat terwujud dalam kegiatan gotong royong yang sesuai dengan kehidupan budaya daerah. Jelaskan pengertian gotong royong dan contoh istilah-istilah gotong royong pada beberapa daerah! Jawaban: A para remaja senang mengakses informasi terbaru mengenai gaya hidup B. inovasi alat komunikasi berkembang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat C. meningkatkan potensi konflik karena issue yang diekspos media sosial D. jaringan internet menjadi kebutuhan pokok di semua institusi E. masyarakat menggunakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari jelaskanupaya yang dapat di lakukan untuk melesta AA. Anonim A. 23 Mei 2022 02:48. Pertanyaan. jelaskan upaya yang dapat di lakukan untuk melestarikan bahasa daerah melalui bidang pendidikan. Mau dijawab kurang dari 3 menit? Coba roboguru plus! 1. 0. Jawaban terverifikasi. Pelaksanaanpembangunan Negara Republik Indonesia dalam hal penyelenggaraan pemerintahan dan kependudukan dilaksanakannya dengan menggunakan asas desentralisasi yaitu dengan memberikan kesempatan dan keleluasan kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Sebagai landasan penyelenggaran Otonomi Daerah tersebut diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (1) yang berbunyi Keterpurukanpertanian Indonesia akibat krisis moneter membuat pemerintah dalam hal ini departemen pertanian sebagai stake holder pembangunan pertanian mengambil suatu keputusan untuk melindungi sektor agribisnis yaitu "pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi. Mangupura) Dalam upaya peningkatan Kompetensi dan Kinerja Penyuluh Agama Hindu Kabupaten Badung, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Badung (I Nyoman Arya, S.A g.M.P d. H), terus memotivasi para Penyuluh untuk tetap melaksanakan tupoksi penyuluh dalam memberikan pelayanan pembinaan kepada masyarakat tanpa mengenal waktu, instruksi pimpinan tersebut diapresiasi oleh para penyuluh untuk HukumHindu penting untuk dipelajari karena: 1. Hukum Hindu merupakan bagian dari hukum positif yang berlaku bagi masyarakat Hindu di Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, khususnya pasal 29 ayat 1 dan 2, serta pasal 2 aturan peralihan Undang-Undang dasar 1945. 2. PeranPemerintah Daerah dalam Penyelenggaraan Kesehatan Reproduksi (Studi di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Kalimantan Barat) Penulis: Sali Susiana, S.Sos, M.Si. Abstrak: ABSTRAK Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi menyatakan pelayanan kesehatan reproduksi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan juga pemerintah daerah, baik pemerintah terutamadaerah Gianyar dan Bangli, dan dapat menjadi media yang menarik untuk memelihara dan menjaga Subak di Bali. Kata kunci: subak Bali, fotografi decopauge, transformasi, semiotika. This creation is motivated by the creator's attractiveness of the beauty and phenomenon of subak in Bali, especially the area of Gianyar and Bangli. Subak is SeniPertunjukan Bali Dalam Kemasan Pariwisata, Denpasar: Bali Mangsi Press). Dalam Usaha Menjaga Agar Tetap Tradisional Pemerintah Daerah Bali Pun, Melalui Perda Nomor 3 Tahun 1974 Dan Telah Direvisi Menjadi Praturan Daerah Nomor 3 Tahun 1991 Mencanangkan Bahwa Kepariwisataan Yang Dikembangkan Di Bali Adalah Pariwisata Budaya. Noormengimbau Pemerintah Pusat untuk bisa menopang untuk melestarikan budaya asli Bali, khususnya yang ada di Denpasar. Senin, 01 Agu 2022 WIB E-paper Media Indonesia Hari Ini vKJ6a7. Organisasi pengairan tradisional "subak" di Bali hingga kini masih menjadi yang terbaik di antara sistem pertanian yang ada di Indonesia maupun di berbagai negara dalam mengintensifkan pembangunan sektor budidaya tanaman. Sebagai sebuah sistem yang berwatak sosio-kultural, subak telah berkembang dan mengalami perubahan sesuai perkembangan masyarakat sekitarnya. Berbagai perubahan yang terjadi adalah sebuah proses transformasi sistem irigasi, untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan di lingkungan sekitarnya. Subak mulai dicatat keberadaannya pada abad XI, yakni pada tahun 1072, atau 393 tahun setelah sistem pertanian mulai ditemukan di Bali, tutur Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia, MS. Pria kelahiran Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali, 15 Desember 1949 atau kini berusia 64 tahun itu menjelaskan, sepanjang kurun waktu tersebut, subak terus mengalami proses transformasi. Subak pada awal pembentukannya hanya berperan mengelola sistem irigasi agar mampu memberikan pelayanan yang adil bagi anggotanya yang terdiri para petani. Namun sesuai perkembangan sosio-kultural yang terjadi pada masyarakat sekitarnya, maka subak melakukan kegiatan pembangunan tempat suci untuk persembahyangan dalam kawasannya, seperti Pura Bedugul. Selain itu juga melakukan kegiatan ritual, mengangkat pemangku atau pemimpin upacara ritual di pura subak, sekaligus mengambil peran dalam proses pembangunan pertanian serta melakukan berbagai perubahan dalam struktur organisasinya. Hal penting lainnya melakukan penyesuaian kewenangan pengelolaan pada "palemahan" fisik subak serta menjalankan proses interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Prof Windia yang juga merangkap Sekretaris Tim Penyusunan Proposal Warisan Budaya Dunia Subak di Bali dan telah disetujui UNESCO sebagai "WBD" itu menjelaskan, proses transformasi yang terjadi pada subak akibat pengaruh yang kuat dari para pemimpin pemerintahan. Demikian pula pada zaman kerajaan mengalami transformasi karena pengaruh para raja, dan sekarang pada sistem pemerintahan nasional, kebijakan para pemimpin itu juga mampu mempengaruhi keberadaan subak. Para raja berpengaruh terhadap pelaksanaan aktivitas ritual subak agar sepadan dengan kegiatan di kalangan masyarakat desa. Demikian pula kebijakan pemerintah nasional juga terlihat mulai berpengaruh pada sistem pengelolaan subak. "Kebijakan pemerintah yang paling baru, yang akan berpengaruh pada subak adalah kelahiran UU tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, dan PP tahun 2006 tentang Irigasi," tutur Prof Windia, guru besar Fakultas Pertanian Unud. Peran raja di Bali mendorong subak melakukan kegiatan ritual sehingga organisasi itu berkembang menjadi suatu sistem irigasi yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan fungsi sistem pengairan secara umum. Sementara itu, menurut standar Ditjen Pengairan Kementerian Pekerjaan Umum, subak juga sebagai lembaga yang sepadan dengan sistem irigasi. Dalam hal ini dapat disebutkan bahwa jaringan irigasi subak sesungguhnya telah merupakan sistem irigasi menurut standar perencanaan irigasi KP-01/1986 yang ditetapkan Direktorat Jenderal Pengairan, Kementerian Pekerjaan Umum. Penuhi empat unsur Prof Windia menilai, subak telah memenuhi keempat unsur fungsi pokok seperti tertuang dalam standar irigasi yang ditetapkan pemerintah. Meskipun demikian sistem irigasi subak belum dapat dikategorikan ke dalam irigasi teknis, mengingat kesederhanaan konstruksinya. Pada umumnya konstruksi yang tersedia masih dalam keadaan darurat, belum memerhatikan persyaratan kelayakan teknis dan non teknis bangunan. Namun demikian, sistem irigasi subak telah terbukti efektif mendistribusikan air secara adil bagi para petani anggotanya. Subak di Bali juga berfungsi untuk melakukan kegiatan ritual sehingga merupakan sebuah kegiatan budaya. Fungsi itu justru dianggap penting, karena merupakan kegiatan perekat persatuan dan kesatuan dalam organisasi subak. "Mereka para petani juga direkatkan oleh adanya kepentingan pada air secara bersama-sama, sehingga persatuan yang terjadi pada subak, tidak saja disebabkan karena faktor fisikal, namun juga spiritual," ujar Prof Windia. Di masa yang akan akan datang, di mana permasalahan air akan semakin komplek tidak dapat dipecahkan karena pendekatan fisik, namun harus dibantu pemecahannya melalui budaya, seperti spiritual. Masalah subak semakin komplek terkait dengan kemunculan UU tahun 2004. Dalam UU itu, muncul Pasal 7 yang memuat tentang Hak Guna Usaha Air disamping pasal tentang Hak Guna Air, yang diperuntukkan bagi petani yang memungkinkan adanya hak investor untuk mengelola dan mengusahakan air. Selain itu juga muncul Pasal 13 yang memuat tentang eksistensi Dewan Sumberdaya Air. Selanjutnya dalam PP tahun 2006 muncul pula Pasal 9 yang memuat tentang Komisi Irigasi. "Masalahnya adalah, apa upaya yang harus dilakukan, agar subak di Bali dapat diberdayakan. Dengan demikian, maka subak dapat berperan secara positif dalam lembaga Dewan Sumberdaya Air dan Komisi Irigasi. Kalau hal itu dapat diupayakan, maka subak akan mampu berperan melakukan dialog saling menguntungkan, apabila ada pihak swasta yang berniat melakukan investasi dalam pengelolaan air, sesuai amanat UU tahun 2004," tutur Prof Windia. Salah satu kelemahan sistem irigasi berlandaskan sosio-kultural, seperti halnya subak, adalah ketidakmampuannya untuk melawan intervensi yang datang dari eksternal. Sebaliknya memiliki kekuatan menyangkut kemampuan untuk mengabsorbsi perkembangan teknologi yang berkembang di sekitarnya, beradaptasi dengan dinamika budaya, menata organisasinya yang bersifat fleksibel. Jika kekuatan subak dapat diberdayakan, maka organisasi tradisional itu diharapkan mampu menghadapi berbagai kebijakan yang mungkin dapat merugikannya. Dengan demikian keberadaan subak di Bali akan dapat berlanjut dan berkesinambungan di masa mendatang, harap Prof Windia. WRA Uploaded byrailguns159 0% found this document useful 0 votes2K views3 pagesDescriptionebookCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes2K views3 pagesCara Pelestarian Subak Di BaliUploaded byrailguns159 DescriptionebookFull descriptionJump to Page You are on page 1of 3Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. › Utama›Subak dan Petani Mendesak... OlehAloysius Budi Kurniawan 3 menit baca KOMPAS/HERU SRI KUMORO Petani beraktivitas di sawahnya yang berundak dengan sitem pengairan subak di Tegalalang, Ubud, Bali. Subak merupakan tradisi asli dari budaya masyarakat KOMPAS — Sejak 2012, UNESCO telah menetapkan subak sebagai situs warisan dunia. Namun demikian, kelestarian lahan persawahan berbasis filosofi tri hita karana itu makin terancam akibat alih fungsi fungsi lahan di Provinsi Bali tak bisa dielakkan karena para petani mengalami dilema antara tetap melestarikan subak dan desakan memenuhi kebutuan ekonomi sehari-hari. “Begitu sudah ditetapkan sebagai warisan dunia, seluruh masyarakat pemilik lahan dan pemerintah daerah setempat semestinya taat untuk menjaga kawasan subak yang ada. Pemda setempat harus bersedia menyediakan APBD untuk pelestarian,” ucap Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nadjamuddin Ramly, Senin 8/4/2019, di yang diakui UNESCO seluas hektar dengan kawasan penunjangnya mencapai hektar, meliputi 17 subak di mana 14 di antaranya berada di Kabupaten Tabanan dan 3 lainnya di Kabupaten Gianyar. Di Bali, secara keseluruhan masih ada subak dengan total luas mencapai sisa lahan pertanian bersistem subak yang tinggal di kisaran hektar tersebut, setiap tahun rata-rata ada 750 hektar area sawah yang beralih fungsi. Jika upaya pelestarian tak dilakukan, maka luas kawasan subak terus-menerus menyusut dan pengakuan subak sebagai warisan dunia terancam dicabut oleh sisa lahan pertanian bersistem subak yang tinggal di kisaran hektar tersebut, setiap tahun rata-rata ada 750 hektar area sawah yang beralih Tempat persembahan sesaji terlihat di kawasan Subak Pulagan, Kelurahan Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali, Kamis 22/9. Subak Pulagan merupakan salah satu subak yang diakui UNESCO sebagai situs warisan kebutuhan Salah satu ketua subak di Bali mengungkapkan, kebanyakan lahan persawahan di Tabanan berkurang karena pembangunan. “Kami rakyat kecil ingin sesuai aturan tetapi akhirnya mentah’ di tengah jalan karena terdesak kebutuhan,” tahun terakhir, para petani di Tabanan memang telah menerima insentif dari Pemkab Tabanan berupa keringanan pajak. Namun demikian, insentif tersebut tidak banyak membantu kebutuhan ekonomi para perekonomian petani berbanding terbalik dengan tingginya tingkat kunjungan wisatawan ke Bali. Tahun 2014, kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke kawasan subak Jatiluwih, Tabanan mencapai dia, dilihat dari tingginya kunjungan wisatawan, semestinya para petani subak mendapatkan insentif dari penjualan tiket untuk menunjang kesejahteraan subak. “Kalau dapat 40 persen atau 45 persen dari dana tiket yang masuk, kami mungkin bisa bernafas,” dari tingginya kunjungan wisatawan, semestinya para petani subak mendapatkan insentif dari penjualan tiket untuk menunjang kesejahteraan Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana, Bali, Prof I Wayan Windia mengatakan, subak hanya bisa dilestarikan apabila petani sejahtera. Karena itu, seperti harapan UNESCO, semestinya kesejahteraan para petani subak diperhatikan.“Insentif yang harus diberikan kepada para petani subak, antara lain bebaskan mereka dari pajak bumi dan bangunan 100 persen, mereka juga harus dididik berkoperasi dan mengembangkan industri pengolahan kelas rumah tangga, dijamin irigasinya, dan dipastikan agar harga produksi mereka dibeli lebih tinggi di atas harga pasar. Saya mengusulkan harga gabah petani dibeli pemerintah lebih tinggi Rp 200 per kilogram di atas harga pasar,” kata di situs warisan duniaUntuk memfasilitas kunjungan wisatawan ke Jatiluwih, pengelola Daerah Tujuan Wisata Jatiluwih bekerja sama dengan salah satu operator transportasi udara di Bali membangun helipad di tengah sawah di dalam kawasan situs warisan dunia subak Jatiluwih. Mendengar laporan pembangunan helipad ini, Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid kemudian mengirimkan surat desakan kepada Pemkab Tabanan untuk segera menghentikan pengoperasian helipad menambahkan, keberadaan helipad di tengah-tengah persawahan merusak tanaman padi dan lahan sawah pada saat ada helikopter mendarat. Selain itu, pembangunan helipad juga menggunakan lahan sawah di kawasan warisan dunia yang seharusnya diatur terlebih dulu pemanfaatannya dalam perencanaan detail kawasan.“Detail perencanaan kawasan ini yang selama ini belum ada. Seharusnya semua pembangunan di sana harus ditunda terlebih dulu sebelum disepakati perencanaan detail kawasan oleh semua pemangku kepentingan,” kata Windia. Apa yang paling dikenal orang jika kita menyebut Bali? Selain pantainya yang indah, maka kultur budayanya yang kaya. Itu pula yang membuat Bali menjadi daerah tujuan wisata paling banyak dikunjungi di Indonesia, bahkan masuk 20 destinasi wisata terfavorit di dunia. Dunia pun turut mengakuinya. Google Doodle dalam edisi 29 Juni 2020 menampilkan gambar seorang petani tengah duduk di sebuah pondok, matanya mengarah ke hamparan sawah yang hijau. Disertai tagline “Merayakan Warisan Budaya, Subak”. Mengapa Subak dianggap menjadi warisan yang diakui oleh dunia? Sebagai sistem tradisional pengairan sawah yang digunakan dalam bercocok tanam padi di Bali, Subak mengakomodasikan dinamika sosio-teknis masyarakat setempat. Sistem irigasi ini mencakup lahan-lahan di teras pegunungan untuk mengatur pengairan lahan persawahan. Kontur tanah pegunungan di Bali memang membuat irigasi sangat sulit, ditambah lagi dengan populasi yang padat. Maka sumber daya air harus dikelola dengan prinsip-prinsip keadilan, keterbukaan, harmoni dan kebersamaan, didistribusikan sesuai dengan kepentingan masyarakat. Dengan penggabungan semua unsur-unsur tersebut, petani Bali berhasil mengelola pertanian padi paling efisien di nusantara. Dilansir dari Historia, keterangan tertulis mengenai praktik bertani masyarakat Bali kali pertama ditemukan dalam Prasasti Sukawarna yang bertarikh 882 Çaka Era Çaka dimulai pada tahun 78 Masehi. Di dalam prasasti itu ada kata huma’, yang mana kala itu lazim digunakan untuk menyebut ladang berpindah. Kemudian pada Prasasti Trunyan yang bertarikh 891 Çaka, tertulis kata “serdanu” yang berarti kepala urusan air danau. Sejarah Subak Bali juga tercatat dalam Prasasti Bebetin 896 Çaka dan Prasasti Batuan 1022 Çaka. Pada dua prasasti itu dijelaskan ada kelompok pekerja khusus sawah di Bali, keahlian mereka adalah membuat terowongan air. Bukti-bukti arkeologis tersebut menunjukkan masyarakat Bali telah mengenal sebentuk cara mengelola irigasi pada sekitar abad ke-10. Dalam penyelenggaraan Sistem Subak, Pengurus Subak berpedoman pada hukum adat yang diwariskan oleh leluhur mereka. Hukum Adat Subak disusun berdasarkan ajaran Tri Hita Karana, diartikan sebagai “Tiga hal yang sebabkan kesejahteraan”. Ketiga penyebab kesejahteraan tersebut adalah hubungan harmonis manusia dengan Tuhan, hubungan harmonis dengan sesama manusia, dan hubungan harmonis antara manusia dengan alam dan lingkungannya. Baca juga Menikmati Kemewahan Sawah dan Refleksi Ancamannya di Jatiluwih Subak adalah warisan budaya Bali yang diakui oleh dunia. Sebagai adalah model pengaturan tradisional untuk pengairan lahan persawahan. Foto Anton Muhajir/Mongabay Indonesia Bagaimana Sistem Subak Bekerja Sistem Subak Bali bekerja dengan memakai metode irigasi kontinyu dan bergilir. Dalam Sistem Subak, para petani diorganisir dan dibagi dalam dua atau tiga kelompok persawahan. Setiap kelompok persawahan menerima distribusi air irigasi yang adil. Apabila wilayah subak di bagi dalam dua kelompok persawahan Kelompok I dan Kelompok II misalnya, maka pada musim hujan musim tanam pertama/MT I kedua kelompok menerima air irigasi. Sedangkan pada musim kemarau MT II, untuk kelompok I menanam padi dan kelompok II menanam palawija. Kemudian pada MT III, kelompok I menanam palawija dan kelompok II menanam padi. Itulah contoh praktik dari metode bergilir dalam bahasa setempat disebut nugel bumbung. Apabila persawahan dibagi dalam tiga kelompok maka pada musim hujan semua kelompok menerima air irigasi, tetapi pada musim kemarau kelompok hulu persawahan di bagian hulu berhak menerima air yang pertama, kemudian pada musim tanam selanjutnya digeser ke kelompok di bagian tengah, dan terakhir digeser kekelompok hilir. Secara total Bali memiliki sekitar penampung air dan antara 50 dan 400 petani mengelola persediaan air dari satu sumber air. Petani masih menanam padi tradisional Bali tanpa bantuan pupuk atau pestisida, di mana lansekap secara keseluruhan dianggap memiliki konotasi suci. Di dalam alam kosmos masyarakat Bali terdapat lima situs yang menampilkan komponen utama alam, agama, dan budaya yang saling berhubungan dari sistem tradisional, di mana sistem subak masih berfungsi penuh. Situs-situs tersebut adalah Kuil Air Tertinggi Pura Ulun Danu Batur di tepi Danau Batur yang danau kawahnya dianggap sebagai asal mula dari setiap mata air dan sungai. Kemudian Bentang Alam Subak di Daerah Aliran Sungai Pakerisan, sistem irigasi tertua yang diketahui di Bali. Ada pula Lanskap Catur Angga Batukaru dengan teras yang disebutkan dalam prasasti abad ke-10 menjadikannya salah satu yang tertua di Bali dan contoh utama arsitektur candi Bali klasik. Dan selanjutnya, Kuil Air Pura Taman Ayun, ini yang paling besar dan memiliki bentuk arsitektural yang unik. Properti ini sepenuhnya mencakup atribut-atribut utama dari sistem Subak dan dampak mendalam yang dimilikinya terhadap lanskap Bali. Proses-proses yang membentuk bentang alam, dalam bentuk pertanian irigasi bertingkat yang dikelola oleh sistem Subak, masih bertahan selama ribuan tahun. Daerah pertanian ditanami secara berkelanjutan oleh masyarakat setempat dan persediaan air mereka dikelola secara demokratis. Tak ayal, UNESCO sendiri telah memasukkan Subak sebagai salah satu warisan budaya dunia. Baca juga Nasib Jatiluwih setelah Menjadi Warisan Budaya Dunia Subak di Bali menghadapi banyak ancaman termasuk alih fungsi lahan dan rusaknya saluran irigasi. Foto Anton Muhajir/Mongabay Indonesia Tantangan Pelestarian Subak Subak dewasa ini memiliki tantangan yang berat. Sebagaimana masalah konservasi pada umumnya, yaitu pertumbuhan penduduk yang begitu pesat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1980, julam penduduk Bali masih jiwa. Pada tahun 2000, penduduk Bali telah bertambah menjadi jiwa. Sensus terakhir di tahu 2010 menunjukkan penduduk bali telah mencapai jiwa. Dari pertumbuhan penduduk yang meningkat tajam ini tentu lahan per kapita kian menyempit. Selain itu masalah terkini dari keberlanjutan Warisan Budaya Dunia itu ialah adanya hal-hal baru yang lebih menjanjikan di mata masyarakat dibanting mengolah lahan pertanian, sehingga terjadilah alih fungsi lahan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik terlihat bahwa luas lahan sawah di Bali sedikit demi sedikit kemudian mulai beralih fungsi dan menyusut. Pada tahun 2003, luas lahan sawah di Bali ada hektar menjadi hektar di tahun 2017. Luas lahan sawah banyak yang bertransformasi menjadi pemukiman, bangunan industri, dan tempat wisata, serta fungsi lain yang dianggap oleh masyarakat lebih menjanjikan dari sisi pendapatan Masih menurut data Badan Pusat Statistik, produksi padi di Bali pada 2019 diperkirakan sebesar ton Gabah Kering Giling GKG atau mengalami penurunan sebanyak ton sekitar 13,15 persen dibandingkan tahun 2018. Jika produksi padi pada tahun 2019 dikonversikan, produksi beras di Bali pada 2019 sebesar ton atau mengalami penurunan sebanyak ton atau 13,15 persen dibandingkan tahun 2018. Ketika lahan beralih fungsi, apalagi dengan penggunaan di luar pertanian, penggunaan sistem subak lambat-laun akan terkikis. Pemerintah harusnya mewujudkan kedaulatan pangan bukan sekedar visi dan misi belaka. Misi itu harus diaplikasikan dalam kebijakan yang pro terhadap petani, terutama yang menghasilkan bahan pangan kita ini. Petani harus sejahtera hidupnya, sehingga generasi-generasi muda tidak merasa malu untuk bercita-cita menjadi petani. * Tri Wahyuni, penulis adalah pemerhati masalah lingkungan hidup; Peneliti di Institute for Population and National Security. Artikel ini adalah opini penulis *** Foto utama Pengaturan tata ruang pertanian berupa terasering Subak mengikuti pola tanah yang membuatnya indah di Jatiluwih, Tabanan, Bali. Foto Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia Artikel yang diterbitkan oleh

jelaskan mengenai upaya pemerintah daerah bali untuk melestarikan subak